Berhijab,
adalah perintah Allah yang mutlak wajib diimani oleh setiap muslimah. Bagi
setiap wanita yang mengikrarkan diri sebagai muslimah, maka tidak ada keraguan
sedikitpun akan wajibnya menutup aurat dengan hijab. Berhijab adalah sebuah
bentuk ketundukan, kepasrahan dan ketaatan kepada Allah. Karena Allah yang
menciptakan kitalah.. yang menyuruh kita untuk berhijab.
Alhamdulillaah seiring perkembangan zaman, maka
jilbab makin semarak dan populer di kalangan masyarakat. Dulu, masih sedikit
yang berjilbab. Dan itupun kadang agak dipersulit. Baik bagi para pelajar dan
pencari kerja, ruang gerak mereka tidaklah sebebas sekarang. Jilbab masih
dipandang sesuatu yang asing, aneh, ekstrem bahkan kampungan.
Tapi, seiring dengan banyaknya wanita yang menutup
rambutnya dengan jilbab, makin bergeser juga arti ke-syar’i-an sebuah jilbab.
Jika dulu jilbab panjang penuh kekaguman, kini fenomena jilbab panjang dan
lebar di sekolah, kampus dan jalan-jalan itu mulai sepi. Berganti dengan jilbab
berbagai model dengan corak dan warna yang jauh dari kriteria syar’i.
Pakaian longgar nan elegan yang dulu banyak
dikenakan bahkan diperjuangkan dalam berbagai kegiatan di sekolah, kini
berganti dengan pakaian yang katanya busana muslim tapi serba ketat dan
minimalis. Jilbab panjang mereka pangkas, makin pendek, serba lilit dan
membentuk sanggul. Menggantinya dengan topi dibalut scarf, bahkan sampai
lehernya juga kelihatan saking transparannya. Plus atasan atau blus lengan
panjang ketat, dipadu dengan celana panjang yang juga tak kalah ketat. Tak lupa
riasan wajah untuk mempercantik penampilan. Semua atas nama fashion. Semua
dengan alasan keindahan.
Bahkan untuk lebih ‘memperkenalkan’ jilbab pada
khalayak, dibuatlah berbagai kontes bertemakan hijab modern yang menawarkan
konsep lebih cantik, tidak monoton dan penuh warna warni. Atau fashion show
muslimah yang kontestannya berlenggak lenggok di atas catwalk memperkenalkan
trend terbaru hijab masa kini.. Di depan puluhan pasang mata, baik laki-laki
maupun perempuan. Lagi-lagi mengatasnamakan da’wah kepada hijab, agar tak
terkesan kumuh dan kampungan.
Jilbab
yang dipahami masyarakat kita adalah jilbab sebagai kerudung, bukan dari makna
aslinya, yakni baju luar yang dipakai untuk menutupi tubuh dari atas (kepala)
sampai bawah (kaki), kemudian dikenal dengan nama hijab, karena dipakai dengan
maksud untuk menghindari dari pandangan laki-laki yang bukan mahram (tidak
mempunyai hubungan darah/kekerabatan).
Semakin
banyaknya muslimah yang memakai jilbab dewasa ini, nampaknya tidak disia-siakan
oleh dunia mode, sehingga terciptalah banyak model/kreasi jilbab yang ada di
tengah-tengah masyarakat kita. Dan Pada dasarnya, model seperti apa pun jilbab
yang dikenakan seorang muslimah, harus tetap mengacu pada standarisasi jilbab
yang dimaksud dalam ajaran Islam, dimana fungsi sebenarnya adalah pakaian takwa
atau hijab.
Adapun
syarat hijab seorang muslimah adalah :
- Menutup seluruh badan selain yang dikecualikan, seperti muka dan telapak tangan.
- Tidak ada hiasan pada pakaian itu sendiri.
- Kain yang tebal dan tidak tembus pandang.
- Lapang dan tidak sempit. Karena pakaian yang sempit dapat memperlihatkan bentuk tubuh seluruhnya atau sebagian.
- Tidak menyerupai laki-laki.
- Tidak menyerupai pakaian orang kafir.
- Pakaian yang tidak mencolok.
Jadi, kita
dapat menyimpulkan bahwa jibab itu syar’i atau tidak dengan mengacu pada tujuh
syarat tersebut.
Yang
menarik perhatian dan perlu dicermati adalah model jilbab yang
sepertinya syar’i (sesuai aturan Islam) tapi ternyata tidak syar’i. Penulis
mengambil contoh salah satu model jilbab lebar (biasanya menjuntai sampai pusar
atau menutupi dada) yang ada kerutan dan neci pada leher. Kalau ditarik ke
belakang, samping, atau depan (sesuai modelnya), leher akan terlihat lebih
ramping tapi tidak mencekik. Dan biasanya, model jilbab ini berbahan kain
“jatuh” atau lembek. Kalau kita perhatikan lebih teliti, model seperti ini akan
menampakkan lekuk pada pundak dan dada.
Salah satu
contoh lainnya, yakni pada jilbab yang ada kerutan di kepala, melingkar dari
telinga kanan ke telinga kiri. Kalau yang memakai jilbab model seperti ini
menyanggul rambutnya, maka rambut akan terlihat bentuknya, karena posisi
kerutan tepat di bawah sanggulan rambut. Padahal dalam konteks menutup aurat,
di sini tidak hanya menjadikannya tidak kelihatan secara fisik, tapi juga
secara bentuk (lekuk).
Jadi, sudah seharusnya para kaum muslimah
lebih hati-hati dalam memilih model jilbab, karena yang disyari’atkan bukan
hanya lebar menutup dada, tapi juga harus tebal (tidak transparan), tidak
menarik perhatian, dan tidak menampakkan lekuk tubuh.
Sesungguhnya hijab syar’i itu..
1.
Sederhana, praktis dan mudah digunakan
Salah satu keuntungan dari mengenakan hijab syar’i adalah karena kemudahan dan kepraktisannya. Menyiapkan diri dengan satu stel jubah lengkap dengan jilbabnya paling lama 15 menit sudah selesai. Tidak makan waktu lama, tinggal pakai jubahnya, jangan lupa ciput atau dalaman untuk jilbab, langsung pasang jilbab dan tadaaa..! Selesai. Simpelkan ?
Nggak mesti repot sama lusinan jarum pentul, tutorial yang super ribet atau
bongkar sana
sini plus berlama-lama mix and match di depan cermin.
Salah satu keuntungan dari mengenakan hijab syar’i adalah karena kemudahan dan kepraktisannya. Menyiapkan diri dengan satu stel jubah lengkap dengan jilbabnya paling lama 15 menit sudah selesai. Tidak makan waktu lama, tinggal pakai jubahnya, jangan lupa ciput atau dalaman untuk jilbab, langsung pasang jilbab dan tadaaa..! Selesai. Simpel
2.
Bisa langsung dipakai shalat
Alhamdulillaah, betapa Allah bermaksud memudahkan muslimah dengan perintah berhijab. Dengan hijab yang memenuhi kriteria syari’at, maka kita tak perlu repot mencari mukena ketika tengah safar atau bepergian. Karena sesungguhnya, aurat wanita itu di dalam dan di luar shalat, adalah sama. Sama-sama harus menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Dengan sepasang jubah longgar dan jilbab panjang plus kaus kaki, (yang tentunya suci dari najis ya..) kita sudah bisa melaksanakan shalat. Bandingkan dengan mereka yang tidak menutup aurat, atau menutup aurat tapi tidak sempurna. Jadi, tidak perlu lagi membawa mukena di tas atau antri mukena di masjid ketika akan shalat.
Alhamdulillaah, betapa Allah bermaksud memudahkan muslimah dengan perintah berhijab. Dengan hijab yang memenuhi kriteria syari’at, maka kita tak perlu repot mencari mukena ketika tengah safar atau bepergian. Karena sesungguhnya, aurat wanita itu di dalam dan di luar shalat, adalah sama. Sama-sama harus menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Dengan sepasang jubah longgar dan jilbab panjang plus kaus kaki, (yang tentunya suci dari najis ya..) kita sudah bisa melaksanakan shalat. Bandingkan dengan mereka yang tidak menutup aurat, atau menutup aurat tapi tidak sempurna. Jadi, tidak perlu lagi membawa mukena di tas atau antri mukena di masjid ketika akan shalat.
3.
Murah dan terjangkau
Satu stel jubah dan jilbab model sederhana bila dibandingkan dengan jilbab gaul yang serba berpotongan semisal blus, rok dan segala aksesorisnya yang serba beragam tentu akan jauh berbeda harganya. Walau ada juga jubah dan jilbab yang harganya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan. Tapi rata-rata harga sepasang jubah dan jilbab syar’i di pasaran amatlah terjangkau. Apalagi kalau bisa bikin dan jahit sendiri, wah dobel deh keuntungannya. Bagi saya pribadi, hijab itu tidak harus yang mahal, kualitas impor atau yang serba ‘wah’ . Asal enak dipakai, nyaman dan yang paling penting… memenuhi fungsi busana yang syar’i :)
Satu stel jubah dan jilbab model sederhana bila dibandingkan dengan jilbab gaul yang serba berpotongan semisal blus, rok dan segala aksesorisnya yang serba beragam tentu akan jauh berbeda harganya. Walau ada juga jubah dan jilbab yang harganya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan. Tapi rata-rata harga sepasang jubah dan jilbab syar’i di pasaran amatlah terjangkau. Apalagi kalau bisa bikin dan jahit sendiri, wah dobel deh keuntungannya. Bagi saya pribadi, hijab itu tidak harus yang mahal, kualitas impor atau yang serba ‘wah’ . Asal enak dipakai, nyaman dan yang paling penting… memenuhi fungsi busana yang syar’i :)
4.
Sesuai dengan segala usia dan bentuk tubuh
Setiap kali saya menjumpai wanita yang berbusana syar’i, berapapun usia mereka, seperti apapun bentuk tubuh mereka.. rasanya selalu pantas-pantas saja dipandang mata. Baik yang masih muda belia bahkan yang sudah sepuh sekalipun, di mata saya mereka selalu terlihat pantas dan cocok menggunakannya. Pun begitu dengan jilbab dan jubah yang lebar.. mau gemuk atau kurus tetap saja tersembunyi dibalik kain yang menutup rapat tubuh mereka. Betapa Islam memuliakan wanita dengan tidak menjadikannya objek pemuas mata kaum pria. Memberikan mereka kebebasan untuk tidak hanya dinilai dari sekadar fisik.
Setiap kali saya menjumpai wanita yang berbusana syar’i, berapapun usia mereka, seperti apapun bentuk tubuh mereka.. rasanya selalu pantas-pantas saja dipandang mata. Baik yang masih muda belia bahkan yang sudah sepuh sekalipun, di mata saya mereka selalu terlihat pantas dan cocok menggunakannya. Pun begitu dengan jilbab dan jubah yang lebar.. mau gemuk atau kurus tetap saja tersembunyi dibalik kain yang menutup rapat tubuh mereka. Betapa Islam memuliakan wanita dengan tidak menjadikannya objek pemuas mata kaum pria. Memberikan mereka kebebasan untuk tidak hanya dinilai dari sekadar fisik.
5. Up
to date di segala zaman
Apapun zamannya, musimnya, tahunnya.. busana muslimah syar’i tak pernah berubah dari masa ke masa. Ia tak lekang oleh waktu. Jadi tak perlu kita menyesuaikan diri dengan perkembangan mode yang tak pernah ada habisnya, menganggarkan dana lebih untuk selalu tampil trendy dan up to date, menjadi budak fashion yang sejatinya merendahkan kedudukan mereka sebagai wanita yang bebas merdeka dari aturan manusia
Apapun zamannya, musimnya, tahunnya.. busana muslimah syar’i tak pernah berubah dari masa ke masa. Ia tak lekang oleh waktu. Jadi tak perlu kita menyesuaikan diri dengan perkembangan mode yang tak pernah ada habisnya, menganggarkan dana lebih untuk selalu tampil trendy dan up to date, menjadi budak fashion yang sejatinya merendahkan kedudukan mereka sebagai wanita yang bebas merdeka dari aturan manusia
6.
Membantu lawan jenis untuk menundukkan pandangannya
Dengan berhijab syar’i yang tidak lagi menampakkan kecantikannya, maka seorang wanita telah membantu lawan jenisnya untuk menjaga pandangannya. Betapa tidak? Coba bayangkan, bagaimana jika seorang pria berpapasan dengan wanita yang berpakaian serba ‘ala qadarihi alias ala kadarnya? Atau wanita berjilbab yang berhias, baik dengan pakaiannnya atau riasan make up yang mencolok mata. Secara naluriah, ia akan memandang lekat pada wanita tersebut. Dan ini adalah fitrah manusia yang memang menyukai keindahan. Namun jika ia laki-laki bertaqwa, ia akan berusaha menundukkan dan menahan pandangannya.. atau lekas berpaling ke arah lain bila terlanjur melihatnya.
Dengan berhijab syar’i yang tidak lagi menampakkan kecantikannya, maka seorang wanita telah membantu lawan jenisnya untuk menjaga pandangannya. Betapa tidak? Coba bayangkan, bagaimana jika seorang pria berpapasan dengan wanita yang berpakaian serba ‘ala qadarihi alias ala kadarnya? Atau wanita berjilbab yang berhias, baik dengan pakaiannnya atau riasan make up yang mencolok mata. Secara naluriah, ia akan memandang lekat pada wanita tersebut. Dan ini adalah fitrah manusia yang memang menyukai keindahan. Namun jika ia laki-laki bertaqwa, ia akan berusaha menundukkan dan menahan pandangannya.. atau lekas berpaling ke arah lain bila terlanjur melihatnya.
Asal cinta dan ketertarikan bermula dari pandangan
mata. Sebuah perbuatan zina tidaklah langsung dilakukan tanpa langkah-langkah
awal yang kemudian menggiringnya menuju bentuk zina yang lebih besar. Ada banyak pintu menuju
zina. Dan pandangan adalah salah satu diantaranya. Dengan menutup rapat peluang
untuk itu, maka para wanita telah ikut andil dalam mencegah kemungkaran dan
kemudharatan yang mungkin menimpa dirinya sendiri.
7.
Mendatangkan keridhaan Allah Ta’ala
Ketika seorang wanita muslimah mendengar ayat tentang hijab, lalu memutuskan berhijab, maka sesungguhnya ia telah melaksanakan satu ketaatan kepada Allah. Tapi cukupkah hanya sampai disitu? Jika keridhaan-Nya saja yang ia cari, maka ia akan berusaha menyempurnakan perintah-Nya.. Berhijab sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, bukan apa yang dikehendaki manusia. Lillaahi Ta’ala. Dengan berhijab sesuai syari’at, maka seorang wanita telah berusaha membuat penciptanya ridha kepadanya.
Ketika seorang wanita muslimah mendengar ayat tentang hijab, lalu memutuskan berhijab, maka sesungguhnya ia telah melaksanakan satu ketaatan kepada Allah. Tapi cukupkah hanya sampai disitu? Jika keridhaan-Nya saja yang ia cari, maka ia akan berusaha menyempurnakan perintah-Nya.. Berhijab sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya, bukan apa yang dikehendaki manusia. Lillaahi Ta’ala. Dengan berhijab sesuai syari’at, maka seorang wanita telah berusaha membuat penciptanya ridha kepadanya.
Sesungguhnya hijab syar’i itu mengangkat derajat para
wanita. Wanita bukan barang dagangan yang bebas dipandang bahkan dipegang siapa
saja. Wanita bagaikan mutiara cantik yang tersimpan baik di dalam cangkang,
yang tidak sembarang tangan bisa mengambilnya. Dan kecantikan kita, bukanlah
pada pakaian, riasan dan hiasan. Tapi kecantikan kita terletak pada keimanan,
ketakwaan, akhlak dan rasa malu yang terpancar dari pakaian yang kita kenakan.
Ketika
banyak wanita sebelum mereka keluar rumah, melihat ke dalam cermin untuk
memastikan tampil cantik dan menarik di mata lelaki.. seorang wanita shalihah
melihat ke dalam cermin untuk sesuatu yang berbeda. Ia bercermin untuk
memastikan ia berpakaian secara pantas menurut syari’at, memastikan bahwa Allah
ridha terhadapnya, memastikan bahwa segala keindahan itu telah tertutup rapat.
Maka ketika ia ia keluar dan berhijab sempurna, hanya untuk mencari ridha-Nya..
then she’s beautiful. Dan itulah kecantikan yang sejati dan sesungguhnya..
Wallahu
a’lam bishshawab.